#Berita - Umum
Minggu, 8 Desember 2024 | Ojo dumeh merupakan falsafah yang sudah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Jawa. Dalam bahasa Jawa, ojo artinya jangan dan dumeh berarti mentang-mentang. Jika digabungkan, ojo dumeh artinya jangan mentang-mentang atau jangan sok.
Jika diimplementasikan dalam keseharian, ojo dumeh memberikan nilai berarti bagi kehidupan. Falsafah ini bahkan dinilai bisa membuat masyarakat lebih rukun dan harmonis.
Falsafah ini bisa menjadi pengingat bagi seseorang untuk tidak bersikap angkuh dan tinggi hati dalam menjalani kehidupan.
Jika memiliki suatu kelebihan, janganlah memamerkannya kepada orang lain yang kekurangan. Jangan terlalu membangga-banggakan apa yang dimiliki, baik itu pangkat atau jabatan, kecantikan, ketampanan, harta/benda, maupun ketenaran.
Ojo dumeh memberikan pelajaran pada seseorang agar selalu mawas diri terhadap segala ucapan maupun tindakan yang akan dilakukan.
Falsafah tersebut turut mengajarkan sopan santun dalam berperilaku serta mengajarkan diri untuk selalu introspeksi. Jangan karena merasa lebih dari orang lain, maka bisa bersikap seenaknya tanpa memedulikan sekitar.
Boleh saja menganggap diri sendiri sebagai ciptaan-Nya yang paling sempurna, paling hebat, paling tinggi, ataupun paling mulia. Namun, itu hanyalah sekadar anggapan. Sebab seperti kata pepatah, di atas langit masih ada langit. Artinya, masih ada orang lain yang lebih hebat atau lebih pandai.
Berikut beberapa kalimat ojo dumeh yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa:
Filosofi Ojo Dumeh ini untuk pegangan agar kita "Ben Ora Keserimpet Sarunge Dewe" artinya : Agar Tidak Terjatuh Karena Langkah atau ucapan kita sendiri, padahal tidak ada orang yang menjatuhkan. Hanya karena kita mentang-mentang dan meremehkan orang lain, akhirnya "Getun mburi" atau menyesal akhirnya.
#pesonasambimulyo.com #pesonasambimulyo #pemdessambimulyo
Bagikan berita :